Yamaha Mantap Tinggalkan Inline-4 Demi Mesin V4 di MotoGP

Images 2025 08 14t065429.047 ezgif.com resize

UPDATEOTOMOTIF.COM - Mesin V4 Yamaha kini menjadi sorotan besar di paddock MotoGP. Proyek ambisius ini diprediksi bisa menjadi faktor penentu, apakah Yamaha mampu kembali bersaing di papan atas atau justru semakin tertinggal.

Dalam dunia balap, baik konfigurasi mesin V4 maupun inline-4 sama-sama punya keunggulan dan kelemahan. Namun saat ini, Yamaha sudah hampir 90 persen mantap mengambil keputusan besar.

Tekanan dari para pembalap dan hasil evaluasi internal membuat mereka menilai, langkah terakhir yang realistis adalah meninggalkan mesin inline-4 legendaris mereka dan beralih ke V4, mengikuti jejak para rival utama di MotoGP.

Dari 2004 hingga 2021, Yamaha dikenal sebagai salah satu pabrikan tersulit untuk ditaklukkan.

Motor YZR-M1 bermesin 4 silinder segaris menjadi senjata mematikan di tangan para pembalap top seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, hingga Fabio Quartararo.

Dominasi itu membuat Yamaha nyaman dengan karakter mesin yang fokus pada kecepatan di tikungan.

Titik balik terjadi pada 2013. Saat itu, Marc Marquez datang ke MotoGP bersama Honda, sementara Gigi Dall’Igna bergabung dengan Ducati. Kehadiran keduanya mengubah peta persaingan.

Perlahan tapi pasti, Ducati bangkit menjadi kekuatan besar. Yamaha yang masih mengandalkan pendekatan pengembangan ala Jepang, dengan perbaikan kecil dan berfokus pada handling, mulai kesulitan menghadapi tren baru di kelas premier yang semakin menekankan torsi mesin.

Meski begitu, keberadaan pembalap berbakat masih mampu menutupi kelemahan tersebut hingga Fabio Quartararo merebut gelar juara dunia pada 2021.

Setelah itu, performa Yamaha merosot tajam. Inovasi berani dari Gigi Dall’Igna membuat Ducati mampu memaksimalkan berbagai jenis ban yang disediakan Michelin.

Kini, situasinya semakin sulit dengan bergabungnya Marc Marquez ke tim Ducati Lenovo pada 2025.

Di Jepang, pusat pengembangan Yamaha mulai kehilangan arah yang jelas. Sementara itu, markas MotoGP mereka di Italia, yang berlokasi dekat Monza, justru mendorong strategi berbeda.

Mengandalkan sumber daya teknik Italia, mereka berupaya memimpin proyek mesin V4 yang benar-benar kompetitif.

Italia memang terkenal melahirkan insinyur otomotif kelas dunia. Nama-nama besar seperti Ferrari, Lamborghini, Minardi (yang kini berevolusi menjadi Toro Rosso dan Alpha Tauri), hingga Alfa Romeo sudah lama membentuk ekosistem balap yang solid.

Dari sinilah Yamaha merekrut para tenaga ahli untuk proyek ini. Melihat lambatnya respons dari tim Jepang, divisi Italia langsung mengambil langkah cepat.

Mereka memulai perombakan besar, termasuk memindahkan basis tes rider ke Eropa dan menggandeng keluarga Marmorini untuk memimpin pengembangan mesin V4.

Langkah ini juga dibarengi kerja sama strategis dengan Dallara untuk urusan aerodinamika.

Tak berhenti di situ, Yamaha merekrut Max Bartolini, mantan direktur teknis Ducati, pada awal 2024 untuk memperkuat tim teknik.

Saat ini, Yamaha menjalankan dua jalur pengembangan secara paralel. Di Jepang, mereka masih mengutak-atik M1 klasik untuk menjaga daya saing jangka pendek.

Sementara di Italia, seluruh sumber daya difokuskan pada lompatan besar ke teknologi V4, yang diharapkan mampu menandingi kekuatan Ducati di era modern MotoGP.

Sejarah menunjukkan, Yamaha pernah berjaya bersama mesin inline-4. Tetapi sejak kedatangan Marc Marquez, tantangan besar mulai muncul. Inovasi agresif dari Gigi Dall’Igna semakin menekan posisi Yamaha.

Kini, dengan “tsunami” Marc Marquez yang bergabung ke Ducati, pabrikan berlogo tiga garpu tala itu mau tak mau harus mengubah strategi.

Keputusan beralih ke mesin V4 bukan hanya soal teknis, tapi juga pertaruhan identitas. Jika berhasil, Yamaha bisa kembali ke jalur juara. Jika gagal, masa depan mereka di papan atas MotoGP bisa semakin terancam.(amp)