Categories: Mobil

Uber Luncurkan Robotaxi Berbasis AI, Mobil Otonom Tanpa Sopir Kini Bisa Dipesan Lewat Aplikasi

UPDATEOTOMOTIF.COM - Setelah sempat menghilang dari jalanan Indonesia sejak 2018, Uber kini kembali menjadi sorotan dunia. Kali ini bukan karena ekspansi bisnisnya di Asia, melainkan karena keterlibatannya dalam revolusi transportasi modern yang digerakkan oleh mobil otonom di Amerika Serikat.

Uber menggandeng Waymo, anak perusahaan Google yang telah lama fokus mengembangkan teknologi kendaraan tanpa sopir. Kolaborasi ini menjadi strategi baru Uber dalam menjawab tantangan mobilitas masa depan tanpa harus membangun sendiri sistem otonomnya dari nol.

Langkah konkrit kerja sama ini ditandai dengan peluncuran layanan robotaxi di Atlanta, Georgia. Sebelumnya, layanan serupa telah diuji coba dan beroperasi di kota Austin, Texas dengan respons yang cukup menjanjikan dari masyarakat.

Yang menarik, mobil otonom ini menggunakan kendaraan listrik Jaguar I-PACE, sebuah SUV premium yang sudah dilengkapi sistem kendali otomatis penuh dari Waymo. Tidak ada pengemudi di balik kemudi, semua dikendalikan oleh sistem AI dan sensor canggih yang mampu membaca kondisi jalan secara real-time.

Uber memilih pendekatan kolaboratif setelah sebelumnya sempat menghentikan pengembangan unit kendaraan otonomnya sendiri. Keputusan tersebut terjadi pasca tragedi pada 2018, saat kendaraan uji coba Uber menabrak seorang pejalan kaki dan menewaskannya.

Namun alih-alih mundur sepenuhnya dari ambisi mobil tanpa pengemudi, Uber kembali dengan pendekatan yang lebih hati-hati dan cerdas: menggandeng perusahaan yang telah terbukti sukses dalam pengembangan mobil otonom. Waymo dianggap sebagai salah satu yang paling stabil dan matang dalam teknologi ini.

Kedua perusahaan mengumumkan kemitraan ini pada September 2024, dengan wilayah operasional awal seluas 168 kilometer persegi di Atlanta. Layanan ini memungkinkan pengguna memesan mobil Waymo langsung dari aplikasi Uber, sama seperti saat mereka memesan UberX atau Comfort.

Yang membedakan adalah pengalaman berkendara. Tidak ada sopir yang menyapa atau menawarkan percakapan. Sebagai gantinya, penumpang disambut dengan keheningan mobil yang melaju sendiri dengan presisi yang tinggi.

“Uber kembali menjejakkan langkah di industri robotaxi dengan pendekatan baru, yakni menggandeng perusahaan teknologi seperti Waymo,” tulis pernyataan resmi dalam acara peluncuran proyek ini.

Dalam rangka memperluas armadanya, Uber bersama Waymo telah menjalankan 100 unit mobil otonom di wilayah Austin. Dalam waktu dekat, puluhan unit lainnya akan meluncur di Atlanta untuk memperkuat cakupan wilayah dan ketersediaan layanan.

Penampilan Robotaxi Uber

Waymo juga mengonfirmasi bahwa layanan mobil otonomnya akan segera hadir di Washington D.C. pada tahun mendatang. Ambisi perusahaan ini memang besar: membangun jaringan robotaxi yang andal, aman, dan tersebar di berbagai kota utama Amerika Serikat.

Saat ini, Waymo telah mengoperasikan lebih dari 1.500 kendaraan otonom. Setiap minggunya, lebih dari 250.000 perjalanan dilakukan di kota-kota seperti San Francisco, Los Angeles, Phoenix, dan Austin, membuktikan bahwa teknologi ini sudah matang untuk digunakan secara komersial.

Mobil otonom Waymo menggunakan beragam teknologi canggih, seperti sensor LiDAR, radar, serta kamera dengan resolusi tinggi untuk mendukung sistem otonomnya. Sistem ini mampu mengenali rambu lalu lintas, pejalan kaki, kendaraan lain, bahkan perubahan cuaca yang bisa memengaruhi kondisi jalan.

Dari sisi konsumen, keunggulan mobil otonom terletak pada kenyamanan, efisiensi, dan harga yang tetap terjangkau. Uber menegaskan bahwa tarif layanan ini setara dengan Comfort, dan pengguna tidak diwajibkan memberi tip karena kendaraan tidak dikemudikan oleh sopir.

Namun kemajuan ini juga menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana nasib jutaan pengemudi jika mobil otonom menjadi standar layanan transportasi di masa depan? Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, karena semakin banyak armada tanpa sopir berarti semakin sedikit peran manusia yang dibutuhkan.

Industri robotaxi memang menghadirkan efisiensi tinggi, namun di saat bersamaan juga mengancam profesi sopir di seluruh dunia. Bagi sebagian orang, ini adalah kemajuan teknologi. Namun bagi mereka yang menggantungkan hidup dari belakang kemudi, ini adalah ancaman nyata.

Saat sistem mobil otonom semakin canggih dan diterima secara luas, bukan tidak mungkin layanan seperti ini akan hadir di negara lain, termasuk Indonesia. Namun tentu saja, butuh waktu, regulasi yang tepat, serta adaptasi masyarakat agar bisa menerima mobil tanpa sopir sebagai hal yang lumrah.

Dengan mobil otonom, Uber tidak hanya menawarkan transportasi masa depan, tapi juga membentuk ulang cara manusia bepergian. Tidak ada setir yang digerakkan tangan, hanya kecerdasan buatan yang mengambil alih perjalanan.

Jika tren ini berlanjut dan diterima pasar, maka peluncuran mobil otonom di Atlanta bukan sekadar uji coba. Ia bisa menjadi simbol perubahan besar dalam industri transportasi global. (dda)