UPDATEOTOMOTIF.COM - Pasar MPV mewah di Indonesia sedang mengalami pergeseran besar, terutama antara Toyota Alphard dan Denza D9. Perubahan ini terlihat jelas dari data penjualan terbaru yang menunjukkan penurunan tajam pada Alphard dibandingkan pesaing listriknya itu.
Sejak memasuki awal 2025, penjualan Denza D9 tercatat melampaui Alphard dalam kurun waktu singkat. Berdasarkan data wholesales Gaikindo Februari 2025, Denza D9 terdistribusi sebanyak 912 unit, sedangkan Alphard hanya mencapai 447 unit.
Selisih tersebut semakin melebar pada Maret 2025, saat Denza D9 membukukan 1.587 unit, sementara Alphard hanya mencatat 255 unit.Angka ini menunjukkan dominasi Denza D9 di segmen MPV mewah dalam waktu yang relatif singkat.
Tren ini berlanjut pada bulan-bulan berikutnya. Juni 2025 menjadi salah satu titik terendah bagi Alphard, dengan penjualan hanya 63 unit, sedangkan Denza D9 menembus 1.768 unit.
Jika dihitung secara kumulatif, penjualan Denza D9 dari Januari hingga Mei 2025 mencapai 3.965 unit, sedangkan Alphard hanya 1.328 unit. Fakta ini memperlihatkan bahwa konsumen mulai beralih ke pilihan MPV listrik dengan teknologi dan efisiensi yang lebih unggul.
Denza D9 hadir dengan harga mulai Rp950 juta OTR Jakarta, jauh lebih terjangkau dibanding Alphard yang berada di kisaran Rp1,4 hingga Rp1,7 miliar. Selisih harga yang signifikan ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa konsumen mulai mempertimbangkan alternatif baru.
Kehadiran Denza D9 juga berdampak langsung pada pasar mobil bekas. Alphard yang dulunya dikenal memiliki nilai jual kembali stabil kini harus rela menghadapi penurunan harga cukup drastis.
Menurut data OLX per Maret 2025, harga Alphard bekas berkisar antara Rp250 jutaan hingga Rp1 miliar, bergantung pada tahun produksi dan tipenya. Nilai tersebut tercatat jauh lebih rendah dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Sementara itu, di platform Belanjamobil, Alphard bekas keluaran 2015–2022 rata-rata ditawarkan di rentang Rp425 juta hingga Rp1,1 miliar. Penurunan harga ini mengindikasikan turunnya permintaan di tengah persaingan ketat.
Sementara itu, harga Denza D9 bekas mulai bermunculan di pasaran dengan kisaran Rp800 jutaan hingga Rp900 jutaan. Mayoritas unit bekas tersebut memiliki jarak tempuh yang tergolong rendah, bahkan ada yang hanya mencatat 3.000 kilometer.
Bagi konsumen, Denza D9 dipandang sebagai opsi yang lebih hemat, dengan pajak tahunan sangat ringan, sekitar Rp143 ribu, karena mendapatkan pembebasan pajak kendaraan bermotor. Keunggulan ini menambah daya tarik di tengah tren kendaraan listrik yang semakin kuat.
Alphard tetap memiliki pasar tersendiri, terutama bagi konsumen yang mengutamakan kenyamanan kabin, kualitas peredaman suara, dan reputasi merek. Namun, mempertahankan harga jual di tengah arus kendaraan listrik menjadi tantangan yang semakin besar.
Perubahan ini turut menggambarkan pergeseran selera konsumen kelas atas di Indonesia. Aspek teknologi, efisiensi, serta citra yang ramah lingkungan kini menjadi faktor utama dalam memilih kendaraan mewah.
Toyota dihadapkan pada kebutuhan untuk mempercepat strategi elektrifikasi jika ingin mempertahankan dominasinya. Jika tidak ada inovasi yang berarti, selisih penjualan antara Alphard dan Denza D9 berpotensi semakin besar di masa mendatang.
Bagi sebagian orang, penurunan harga Alphard bekas justru menjadi peluang. Konsumen yang menginginkan MPV mewah dengan harga lebih terjangkau dapat memanfaatkan kondisi pasar saat ini.
Namun, pembeli juga perlu mempertimbangkan arah perkembangan industri otomotif yang semakin mengarah pada elektrifikasi. Mobil listrik premium seperti Denza D9 menawarkan nilai jangka panjang yang menarik, baik dari sisi efisiensi maupun teknologi.
Kompetisi ini menjadi bukti nyata bahwa pasar mobil mewah di Indonesia tengah memasuki fase transisi yang signifikan. Loyalitas terhadap merek besar tidak lagi menjadi faktor tunggal, karena konsumen semakin cerdas dalam membandingkan produk berdasarkan manfaat yang ditawarkan. (dda)