Premi Asuransi Mobil Listrik 2025 Lebih Mahal, Ini Penyebab dan Solusinya

Asuransi mobil listrik

UPDATEOTOMOTIF.COM - Tren mobil listrik memang terus naik daun. Pemerintah memberikan berbagai insentif seperti pembebasan pajak dan subsidi, sehingga daya tariknya makin kuat di kalangan masyarakat.

Namun di balik semua keunggulan tersebut, muncul pertanyaan yang cukup sering terdengar: apakah benar premi asuransi mobil listrik lebih mahal dibandingkan mobil berbahan bakar konvensional?

Jawabannya: ya, secara umum premi asuransi mobil listrik memang cenderung lebih tinggi. Salah satu penyebab utamanya adalah harga kendaraan listrik yang relatif lebih mahal, belum lagi biaya perbaikannya yang juga tidak murah.

Premi asuransi mobil listrik biasanya berkisar antara 3 hingga 5 persen dari nilai kendaraan per tahun. Sementara itu, mobil berbahan bakar fosil rata-rata dikenai premi sekitar 2 hingga 3 persen. Perbedaan ini tentu cukup signifikan dan sering kali menjadi bahan pertimbangan bagi calon pembeli.

Mhd. Taufik Arifin ANZIIF (Snr. Assoc) CIIB menjelaskan bahwa struktur kendaraan listrik yang mengandalkan baterai dan motor listrik membawa risiko yang berbeda dibandingkan mobil konvensional. “Karakter teknologinya berbeda, sehingga risiko dan biaya penanganannya pun berbeda,” ungkapnya.

Salah satu risiko utama yang perlu mendapat perhatian adalah potensi korsleting atau kebakaran pada baterai. Baterai lithium-ion yang digunakan pada EV sangat sensitif terhadap panas berlebih dan kerusakan struktural akibat tabrakan. Proses pemadaman kebakaran baterai juga jauh lebih rumit dibandingkan kebakaran pada mesin bensin.

Belum lagi ketersediaan bengkel untuk kendaraan listrik yang masih sangat terbatas. Teknisi yang menangani kendaraan listrik harus memiliki sertifikasi khusus dan peralatan berstandar tinggi. Hal ini secara langsung berdampak pada tingginya biaya perbaikan.

Harga suku cadang untuk mobil listrik juga tergolong tinggi. Baterai sebagai komponen utama bisa mencapai 30 hingga 50 persen dari harga kendaraan. Bayangkan saja, untuk beberapa model EV seperti Tesla Model 3 atau Hyundai Ioniq 5, biaya penggantian baterai bisa mencapai Rp150 juta hingga Rp400 juta.

Jika dibandingkan, mesin mobil bensin seperti Toyota Avanza atau Honda HR-V hanya memerlukan biaya penggantian antara Rp40 juta hingga Rp100 juta. Perbedaan ini cukup mencolok dan menjadi salah satu penentu utama dalam penghitungan premi asuransi kendaraan.

Waktu tunggu perbaikan pun tidak bisa diabaikan. Karena jumlah pemasok dan suku cadang EV masih sedikit, proses perbaikan sering kali memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Ini tentu menjadi beban tersendiri bagi pemilik mobil listrik.

Tidak hanya kerusakan akibat kecelakaan, risiko penurunan kapasitas baterai karena pemakaian jangka panjang juga harus diperhitungkan. Beberapa pabrikan memang memberikan garansi baterai hingga delapan tahun atau 160.000 km, tetapi setelahnya, semua biaya penggantian menjadi tanggungan pemilik kendaraan.

Yang tak kalah mengkhawatirkan adalah risiko pencurian baterai. Karena nilainya yang tinggi di pasar gelap, baterai EV menjadi sasaran empuk di area dengan sistem keamanan rendah. Oleh karena itu, asuransi yang memberikan perlindungan terhadap pencurian baterai sangat penting untuk dimiliki.

Menariknya, sejumlah perusahaan asuransi kini mulai menyadari kebutuhan ini dan menawarkan perlindungan khusus untuk baterai. Perlindungan tersebut mencakup risiko kebakaran akibat overheating, kerusakan saat kecelakaan, hingga pencurian komponen utama.

“Perusahaan asuransi kini mulai menyertakan perlindungan baterai sebagai bagian dari polis EV. Ini menjadi nilai tambah yang sangat penting bagi konsumen,” ujar Taufik Arifin.

Dalam hal keselamatan, mobil listrik sebenarnya punya sejumlah keunggulan. Posisi baterai yang berada di bawah lantai kendaraan membuat pusat gravitasi lebih rendah, sehingga stabilitas kendaraan meningkat dan risiko terguling jadi lebih kecil.

Beberapa model juga dilengkapi fitur keselamatan canggih seperti pemutus arus otomatis dan sistem pemantauan suhu baterai. Fitur-fitur ini dapat mengurangi risiko ledakan atau kebakaran saat terjadi kecelakaan.

Namun begitu, teknologi keselamatan canggih juga membawa konsekuensi: biaya perbaikannya jauh lebih tinggi. Kamera 360 derajat, radar, dan sistem monitoring berbasis sensor bukanlah teknologi murah. Bila rusak, ongkos penggantiannya bisa sangat mahal dan tentu akan berpengaruh terhadap besaran premi.

Sementara jumlah bengkel yang bisa menangani EV masih sedikit, biaya tenaga kerja dan peralatannya pun belum bisa ditekan. Ini membuat perusahaan asuransi terpaksa menaikkan premi sebagai kompensasi dari risiko dan ongkos yang lebih besar.

Lantas, bagaimana cara menyiasati tingginya premi asuransi mobil listrik?

Langkah pertama adalah membandingkan berbagai penawaran dari beberapa perusahaan asuransi. Jangan terburu-buru memilih. Bandingkan cakupan perlindungan, biaya premi, serta manfaat tambahan yang ditawarkan.

Kedua, pilih jenis polis yang sesuai. Bila mobil Anda jarang digunakan atau sudah dilengkapi sistem keamanan yang optimal, polis TLO (Total Loss Only) bisa menjadi pilihan lebih ekonomis dibandingkan All Risk.

Ketiga, manfaatkan teknologi. Beberapa asuransi memberikan diskon jika kendaraan Anda dilengkapi GPS tracker, sensor keamanan, atau sistem monitoring gaya mengemudi. Inovasi ini bisa membantu menurunkan risiko dan menekan premi.

Langkah keempat yang tidak kalah penting adalah menggunakan jasa broker seperti L&G Insurance Broker. Sebagai broker independen, mereka memiliki jaringan luas dengan berbagai perusahaan asuransi. Anda bisa mendapatkan penawaran terbaik, dengan proses klaim yang juga lebih mudah.

Dan terakhir, jangan lewatkan promo atau diskon yang sering diberikan oleh perusahaan asuransi untuk mobil listrik. Ini bisa berasal dari kerja sama dengan dealer atau karena status EV sebagai kendaraan ramah lingkungan.(amp)