UPDATEOTOMOTIF.COM - Industri otomotif nasional sedang menghadapi fenomena perang harga mobil yang dipicu oleh persaingan ketat antar merek. Berbagai produsen berlomba-lomba menurunkan harga demi menarik perhatian konsumen yang semakin selektif dalam membeli kendaraan.
Tren ini memicu dinamika pasar yang cukup signifikan, dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri otomotif.
Gaikindo, sebagai asosiasi yang menaungi para pelaku industri kendaraan bermotor di Indonesia, menilai bahwa meski konsumen mendapat keuntungan dari harga yang lebih murah, perang harga ini tidak bisa dibiarkan tanpa pengawasan ketat.
Dampak negatif jangka panjang terhadap kualitas produk dan keberlangsungan bisnis bisa saja terjadi apabila kompetisi harga berjalan terlalu ekstrem. Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi, menegaskan pentingnya kewaspadaan dalam menghadapi tren tersebut.
“Perang harga yang terlalu ekstrem dapat mengancam keberlangsungan bisnis para pelaku industri.”
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa perlombaan menurunkan harga bukan sekadar soal persaingan semata, tetapi harus diimbangi dengan menjaga kualitas dan kelangsungan usaha para produsen dan jaringan distribusi. Jika tidak hati-hati, pasar otomotif dapat mengalami ketidakstabilan yang merugikan seluruh ekosistem.
Penurunan harga yang agresif ini memang memberi keuntungan langsung bagi konsumen, namun Gaikindo mencatat bahwa kondisi pasar otomotif saat ini sebenarnya masih penuh tekanan. Selama tiga bulan pertama tahun 2025, penjualan mobil secara grosir tercatat mengalami penurunan sebesar 4,7% menjadi 205.160 unit dibandingkan kuartal I 2024.
Penurunan serupa juga terjadi pada penjualan secara ritel, yang menyusut 8,9% menjadi 210.483 unit. Data ini menunjukkan bahwa permintaan pasar belum benar-benar pulih dan situasi persaingan harga semakin memanas untuk memacu penjualan.
Salah satu pemicu utama perang harga yang kian ekstrem adalah masuknya merek-merek mobil asal China dengan penawaran harga yang sangat kompetitif. Contohnya adalah BYD yang meluncurkan model Atto 1 dengan harga Rp195 juta.
Hal ini memaksa produsen lain untuk ikut menyesuaikan harga agar tetap bersaing di pasar yang semakin ketat. Namun tidak semua produsen memilih untuk ikut dalam perlombaan harga murah ini.
Great Wall Motor (GWM) Indonesia misalnya, memilih strategi yang berbeda dengan tetap mempertahankan harga produknya di segmen premium dan fokus pada kualitas.
“Kami percaya dengan kualitas premium yang kami bawa,” ujar Martina Danuningrat, Strategy & Marketing Director GWM Indonesia.
Menurutnya, perang harga bukanlah strategi jangka panjang yang sehat dan berkelanjutan bagi industri otomotif. Pendekatan ini diikuti juga oleh Hyundai Motors Indonesia.
Fransiscus Soerjopranoto, Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, menegaskan bahwa fokus perusahaan lebih pada pelayanan dan nilai tambah daripada perang harga.
“Kami akan mengoptimalkan service atau pelayanan sebagai daya tarik bagi konsumen.”
Gaikindo juga mengingatkan bahwa harga mobil di Indonesia saat ini masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pendapatan masyarakat.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menyampaikan,
“Kenaikan harga mobil rata-rata mencapai 7%, sementara kenaikan pendapatan masyarakat hanya sekitar 3%.”
Kondisi ini tentu membatasi daya beli masyarakat terhadap kendaraan baru, sehingga menambah tekanan pada pasar otomotif.
Untuk itu, Gaikindo berharap agar pemerintah dapat memberikan dukungan lewat insentif dan kebijakan yang mendorong industri otomotif, khususnya terkait kendaraan ramah lingkungan dan kemudahan impor mobil dengan harga terjangkau.
“Kami berharap paket kebijakan ekonomi yang baru saja disampaikan oleh presiden juga bisa menaikkan daya beli masyarakat,” kata Kukuh Kumara.
Meski kondisi pasar penuh tantangan, Gaikindo tetap optimis industri otomotif Indonesia bisa bangkit dan berkembang. Pameran otomotif GIIAS 2025, yang digelar dari 24 Juli sampai 3 Agustus, dinilai sebagai peluang strategis untuk mendorong pertumbuhan industri otomotif Indonesia.
GIIAS 2025 diikuti oleh 55 merek kendaraan, termasuk merek-merek besar seperti Toyota, Honda, Suzuki, Mitsubishi, serta merek baru asal China seperti BYD, AION, Aletra, BAIC, dan Geely. Pameran ini diharapkan mampu menarik minat konsumen sekaligus menggenjot penjualan di tengah situasi pasar yang menantang.
Gaikindo mengingatkan pentingnya sinergi yang solid antara produsen, dealer, dan pemerintah untuk menjaga kualitas, keberlanjutan bisnis, serta stabilitas pasar otomotif Indonesia.
Dengan strategi yang tepat dan kolaborasi yang erat, industri otomotif nasional diyakini mampu melewati tantangan perang harga dan terus tumbuh secara sehat di masa depan. (Okt)