Categories: Mobil

Penjualan Mobil Hybrid Kalah dari Mobil Listrik Penuh Tiga Bulan Berturut

Tren penjualan kendaraan elektrifikasi di Indonesia menunjukkan pergeseran menarik. Sepanjang tiga bulan terakhir, mulai Februari hingga April 2025, mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) mencatat volume penjualan yang lebih tinggi dibandingkan mobil hybrid electric vehicle (HEV). Padahal, selama ini segmen mobil hybrid kerap menjadi jembatan menuju elektrifikasi penuh karena dianggap lebih fleksibel dan familiar bagi konsumen.

Berdasarkan data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil listrik murni (BEV) pada April 2025 mencapai 7.402 unit, jauh melampaui penjualan mobil hybrid yang hanya 4.498 unit. Kondisi serupa juga terjadi pada bulan sebelumnya. Pada Maret 2025, penjualan BEV berada di angka 6.341 unit, sedangkan HEV mencatat 5.132 unit. Sementara pada Februari 2025, BEV terjual 5.183 unit dan HEV hanya 4.598 unit.

Fenomena ini mengindikasikan peningkatan minat konsumen terhadap kendaraan yang sepenuhnya menggunakan tenaga listrik. Ketersediaan infrastruktur pengisian daya yang semakin luas dan agresivitas produsen mobil dalam menawarkan model BEV yang kompetitif menjadi faktor pendorong penting dalam pertumbuhan ini.

Di tengah tren tersebut, Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid masih menjadi tulang punggung segmen HEV. Pada April 2025, model ini mencatat penjualan sebanyak 2.421 unit, naik 9,76% dibandingkan Maret yang hanya mencetak 2.206 unit. Angka ini mempertegas dominasi Innova Zenix sebagai pilihan utama bagi masyarakat yang mencari kendaraan hybrid dengan ruang kabin luas dan performa tangguh.

Pesaing terdekatnya adalah Suzuki Ertiga Hybrid, yang penjualannya melonjak tajam sebesar 282% secara bulanan, dari 190 unit menjadi 727 unit pada April. Meski demikian, tidak semua model hybrid mengalami tren positif. Suzuki XL7 Hybrid, misalnya, mengalami penurunan drastis hingga 66,38%, dari 1.202 unit menjadi hanya 404 unit.

Beberapa model lain yang turut meramaikan pasar HEV antara lain Hyundai Santa Fe Hybrid dengan 213 unit, Suzuki Grand Vitara Hybrid sebanyak 176 unit, serta Toyota Yaris Cross Hybrid yang mencatat 161 unit. Di segmen mobil premium, Lexus LM350h terjual 116 unit, diikuti oleh Nissan Serena e-Power dengan 72 unit, Toyota Alphard 2.5 HEV sebanyak 47 unit, dan Vellfire 2.5 HEV yang mencatat 22 unit.

Sementara itu, pasar mobil listrik murni semakin menunjukkan daya saing tinggi. Di posisi teratas, BYD Sealion 7 mencetak rekor penjualan sebanyak 1.793 unit pada April 2025, naik signifikan sebesar 51,7% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat 1.182 unit. Ini sekaligus memperlihatkan dominasi BYD di pasar BEV nasional.

Di bawahnya, BYD M6 mencatat penjualan 1.257 unit, disusul Chery J6 dengan 910 unit, dan Denza D9—sub-merek premium dari Grup BYD—yang mengantongi 811 unit. Tak ketinggalan, Wuling Air ev tetap eksis dengan 551 unit.

Model lain yang masuk dalam jajaran 10 besar mobil listrik terlaris April 2025 antara lain Geely EX5 (424 unit), Aion Hyptec HT (276 unit), Wuling Binguo EV (255 unit), BYD Seal (183 unit), dan Wuling Cloud EV (156 unit). Penetrasi merek-merek China di pasar kendaraan listrik tampak sangat dominan, didukung oleh harga bersaing, fitur lengkap, dan insentif pemerintah.

Berbicara soal insentif, baik kendaraan hybrid maupun BEV saat ini masih mendapat dukungan dari pemerintah. Dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025, kendaraan hybrid berhak mendapatkan potongan PPnBM Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 3% dari harga jual. Insentif ini berlaku untuk berbagai jenis hybrid, termasuk full hybrid, mild hybrid, dan plug-in hybrid.

Di sisi lain, kendaraan listrik berbasis baterai juga memperoleh insentif dalam bentuk PPN DTP. Pemerintah memberikan potongan PPN sebesar 10% untuk mobil listrik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) minimal 40%. Sementara untuk kendaraan listrik berupa bus, insentif PPN DTP diberikan sebesar 5% apabila memiliki TKDN antara 20% hingga kurang dari 40%.

Kebijakan ini diharapkan mampu mempercepat transisi masyarakat menuju kendaraan ramah lingkungan, sekaligus mendorong pabrikan untuk meningkatkan kandungan lokal. Pemerintah juga terus memperkuat ekosistem pendukung mobil listrik, seperti pengisian daya cepat dan produksi baterai dalam negeri.

Secara keseluruhan, peningkatan penjualan mobil listrik murni menandakan bahwa masyarakat Indonesia mulai berpindah dari sekadar mencoba kendaraan elektrifikasi ke arah adopsi penuh teknologi nol emisi. Meskipun mobil hybrid masih memiliki tempat, terutama bagi pengguna yang mengutamakan fleksibilitas dan jangkauan, tren dalam tiga bulan terakhir menjadi sinyal kuat bahwa BEV akan menjadi masa depan transportasi Indonesia.(vip)