Kabar mengejutkan datang dari dunia balap motor, khususnya bagi para penggemar MotoGP di Thailand. Sirkuit Buriram yang selama ini menjadi salah satu tuan rumah ajang balap motor paling bergengsi di dunia dikabarkan hanya akan bertahan dalam kalender MotoGP hingga tahun 2026.
Sirkuit yang secara resmi bernama Chang International Circuit ini telah menjadi bagian dari MotoGP sejak tahun 2018 dan selalu menghadirkan balapan yang menarik. Namun, setelah menjadi tuan rumah pembuka musim 2025, sirkuit ini diperkirakan tidak akan diperpanjang kontraknya oleh pemerintah Thailand.
Sirkuit Buriram dirancang oleh arsitek ternama, Hermann Tilke, dan mulai beroperasi pada tahun 2014 sebagai salah satu sirkuit balap modern di Asia. Dengan panjang lintasan mencapai 4,55 km dan 12 tikungan, sirkuit ini telah menjadi salah satu favorit para pebalap karena menawarkan kecepatan tinggi dan tantangan teknis yang unik.
Namun, kabar mengenai masa depan sirkuit ini mulai ramai dibicarakan setelah pernyataan dari Newin Chidchob, Ketua Chang International Circuit. Ia mengungkapkan bahwa Otoritas Olahraga Thailand (SAT) telah memberi tahu bahwa Sirkuit Buriram tidak akan masuk dalam kalender MotoGP setelah musim 2026 berakhir.

Chang International Sirkuit Buriram Thailand
Alasan utama di balik keputusan ini adalah karena pemerintah Thailand tidak ingin memperpanjang kontrak dengan MotoGP, yang dianggap memiliki biaya terlalu tinggi. Menurut laporan yang beredar, investasi tahunan yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan MotoGP mencapai 500 juta baht (sekitar 15 juta USD).
Newin menyatakan bahwa jika pemerintah tetap berinvestasi dalam MotoGP, ada kontribusi besar dari sponsor swasta yang siap memberikan dana sebesar 300 juta baht (sekitar 9 juta USD) setiap tahun. Dengan demikian, pemerintah sebenarnya hanya perlu menanggung sebagian dari biaya penyelenggaraan acara ini.
Namun, keputusan pemerintah untuk tidak melanjutkan kontrak dianggap sangat disayangkan mengingat dampak ekonomi yang dihasilkan dari MotoGP di Thailand. Berdasarkan data yang diungkap oleh Newin, penyelenggaraan MotoGP dapat menghasilkan pendapatan hingga 5 miliar baht (sekitar 150 juta USD) untuk negara setiap tahunnya.
MotoGP Thailand sendiri telah digelar sebanyak enam kali sejak pertama kali masuk ke kalender balap pada tahun 2018. Setiap tahun, tribun penonton selalu dipenuhi oleh penggemar yang datang dari berbagai wilayah di Thailand dan negara-negara tetangga.
Sebagai bukti tingginya minat masyarakat terhadap MotoGP, pada balapan pembuka musim 2025, tercatat sebanyak 224.634 penonton hadir selama akhir pekan. Angka ini menunjukkan bahwa MotoGP Thailand merupakan salah satu seri dengan jumlah penonton terbanyak dalam satu musim.
Bahkan pada hari puncak, yaitu balapan hari Minggu, sebanyak 99.778 orang hadir di Sirkuit Buriram untuk menyaksikan langsung pertarungan sengit para pebalap dunia. Jumlah ini menunjukkan bahwa MotoGP masih memiliki basis penggemar yang sangat besar di Thailand.
Tidak hanya penggemar yang merasa kecewa, tetapi juga para pebalap Thailand yang sedang berkarier di dunia balap internasional. Salah satu di antaranya adalah Somkiat Chantra, pebalap Moto2 asal Thailand yang telah menunjukkan performa menjanjikan di kejuaraan dunia.
Kabar mengenai kemungkinan hengkangnya Buriram dari MotoGP langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta balap motor. Banyak pihak mempertanyakan keputusan pemerintah Thailand yang memilih untuk tidak melanjutkan kontrak dengan Dorna Sports, selaku pemegang hak komersial MotoGP.
Beberapa spekulasi muncul setelah Newin Chidchob mengungkapkan bahwa Thailand dikabarkan tertarik untuk menjadi tuan rumah Grand Prix Formula 1. Hal ini memunculkan dugaan bahwa pemerintah Thailand lebih memilih F1 dibandingkan mempertahankan MotoGP di Buriram.
Formula 1 memang memiliki daya tarik tersendiri sebagai ajang balap mobil paling prestisius di dunia. Namun, keputusan untuk lebih memprioritaskan F1 dianggap sebagai langkah yang berisiko mengingat MotoGP telah memiliki basis penggemar yang sangat besar di Thailand.
Meskipun rumor mengenai kehadiran Formula 1 di Thailand semakin berkembang, hingga saat ini belum ada konfirmasi resmi dari pemerintah. Namun, spekulasi ini semakin diperkuat oleh laporan bahwa ada investor yang tertarik untuk membawa balapan F1 ke Thailand dalam beberapa tahun ke depan.
Di tengah simpang siurnya kabar ini, gubernur Otoritas Olahraga Thailand, Dr. Kongsak Yodmanee, memberikan pernyataan resmi terkait status MotoGP Thailand. Ia menegaskan bahwa negosiasi dengan Dorna Sports masih berlangsung dan belum ada keputusan final mengenai perpanjangan kontrak.
Pernyataan ini memberikan sedikit harapan bagi penggemar MotoGP di Thailand bahwa masih ada kemungkinan untuk mempertahankan ajang balap motor ini di Buriram. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah Thailand yang akan menentukan apakah mereka akan tetap berkomitmen dengan MotoGP atau tidak.
Jika pemerintah benar-benar memutuskan untuk mengakhiri kontraknya dengan MotoGP, maka sirkuit lain berpotensi menggantikan Buriram dalam kalender balap. Beberapa negara di Asia, seperti Indonesia dan India, telah menunjukkan minat untuk menggelar lebih banyak seri balapan MotoGP.
Indonesia, yang saat ini telah memiliki Sirkuit Mandalika, dianggap sebagai salah satu kandidat kuat untuk menambah jumlah balapan MotoGP di Asia Tenggara. Sementara itu, India juga telah masuk dalam kalender MotoGP 2023 dengan Sirkuit Buddh International Circuit.
Dengan semakin berkembangnya MotoGP di Asia, kehilangan Sirkuit Buriram tentu akan menjadi perubahan besar bagi kalender balap dunia. Thailand yang sebelumnya menjadi salah satu negara dengan basis penggemar terbesar, kini harus menghadapi kemungkinan kehilangan ajang balap motor paling bergengsi tersebut.
Namun, belum ada kepastian apakah Thailand benar-benar akan berhenti menjadi tuan rumah MotoGP atau tidak. Jika negosiasi dengan Dorna Sports masih berlangsung, maka masih ada peluang bagi pemerintah Thailand untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka.
Banyak pihak berharap agar pemerintah Thailand dapat melihat manfaat jangka panjang dari MotoGP yang telah memberikan dampak ekonomi besar bagi negara. Jika keputusan tetap dibuat tanpa mempertimbangkan dampak luasnya, maka Thailand bisa kehilangan salah satu ajang olahraga paling populer di dunia.
Bagaimanapun, keputusan ini akan sangat berpengaruh terhadap masa depan MotoGP di kawasan Asia Tenggara. Jika Thailand benar-benar mengakhiri kontraknya, maka negara lain akan berpeluang besar menggantikan posisinya dalam kalender balap dunia.
Keputusan ini juga bisa berdampak terhadap industri otomotif di Thailand, mengingat MotoGP selalu menjadi ajang promosi yang besar bagi merek-merek otomotif di negara tersebut. Kehilangan MotoGP bisa berarti hilangnya kesempatan besar untuk menarik investasi di sektor olahraga dan otomotif.
Dalam beberapa bulan ke depan, akan ada kepastian lebih lanjut mengenai masa depan Sirkuit Buriram di MotoGP. Jika negosiasi masih berlangsung, maka ada harapan bahwa MotoGP tetap bisa bertahan di Thailand hingga tahun-tahun mendatang.
Namun, jika keputusan pemerintah tidak berubah, maka 2026 akan menjadi tahun terakhir MotoGP digelar di Sirkuit Buriram. Keputusan ini tentu akan menjadi momen yang disayangkan bagi para penggemar MotoGP di Thailand dan seluruh dunia. (dda)