UPDATEOTOMOTIF.COM - Musim MotoGP 2025 dipenuhi dengan berbagai kejutan, terutama karena penampilan gemilang dari Marc Márquez. Pebalap Gresini Ducati itu kini berada di puncak klasemen sementara dengan 381 poin, unggul sangat jauh dari pesaing terdekatnya.
Francesco “Pecco” Bagnaia, salah satu pesaing utama Márquez, justru mengalami kesulitan dalam menjaga konsistensi performanya. Ia tercecer di posisi ketiga klasemen dengan hanya mengumpulkan 213 poin, tertinggal 168 angka dari Márquez.
Ini menjadi selisih poin terbesar yang pernah dialami Bagnaia dalam pertarungan gelar sejak ia debut di MotoGP. Meski secara matematis peluang juara belum sepenuhnya tertutup, tekanan yang ia hadapi jelas semakin berat.
Bagnaia sebenarnya sempat memperlihatkan secercah kebangkitan, salah satunya dengan meraih pole position pertamanya musim ini di Grand Prix Ceko. Namun, hasil akhir tidak sesuai harapan karena ia gagal naik podium, sementara Márquez kembali menang.
Marquez kini memimpin klasemen dengan dominasi penuh, mencetak lima kemenangan beruntun yang membuatnya semakin tak terkejar. Ia tampil tanpa celah dan memanfaatkan setiap momen balapan dengan maksimal.
Performa konsisten Márquez menjadi pembeda utama. Sementara itu, Bagnaia terus berjuang keras menemukan kembali kepercayaan diri dan kestabilan performa, terutama dalam kondisi lintasan yang menantang.
“Saya merasa sangat nyaman, dan saya mencoba menikmatinya. Tapi sulit, karena saya tidak menang,” ujar Bagnaia, menggambarkan frustrasinya menghadapi musim yang berat ini.
Masalah teknis menjadi faktor penting yang memengaruhi hasil Bagnaia musim ini. Ia beberapa kali mengeluhkan grip ban depan yang tidak stabil, terutama di balapan seperti GP Italia dan Inggris.
Di GP Inggris, Bagnaia bahkan menyebut bahwa Márquez justru menyembunyikan kelemahan motor Ducati yang ia rasakan sendiri. Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan pendekatan di antara dua pebalap Ducati tersebut.
“Marc menyembunyikan masalah yang kami hadapi,” kata Bagnaia dengan nada cukup kritis. Pernyataan tersebut menandakan adanya friksi teknis di dalam tim pabrikan, yang kian berdampak pada dinamika internal Ducati.
Márquez tampil dominan dengan motor GP25, sedangkan Bagnaia masih merasa lebih nyaman menggunakan set-up ala GP24. Ini menciptakan perbedaan gaya dan strategi pengembangan yang belum tentu menguntungkan bagi Bagnaia.
Ducati sendiri kini berusaha keras mencari solusi agar performa Bagnaia bisa kembali optimal. Mereka mempelajari data dari motor Márquez dan juga Alex Márquez untuk mencari pendekatan teknis yang lebih cocok bagi Pecco.
“Saya tahu saya harus menang. Namun, saat ini dia (Marquez) sedang dalam performa yang sangat solid, jadi itu tidak mudah,” ujar Bagnaia ketika ditanya soal peluangnya menyusul perolehan poin Márquez.
Ia bahkan mengaku mulai menelaah data milik Alex Márquez untuk memahami bagaimana cara menaklukkan motor di kondisi balapan yang sulit. Hal ini menunjukkan bahwa ia tengah dalam fase evaluasi besar.
MotoGP 2025 sejauh ini menjadi musim dengan tekanan mental yang luar biasa bagi para pebalap, terutama bagi mereka yang berada di bawah bayang-bayang dominasi Marc Márquez. Kemenangan demi kemenangan membuat Márquez tampak sulit dihentikan.
Sementara itu, Bagnaia kini harus lebih realistis dengan sisa musim yang ada. Alih-alih mengejar gelar juara, fokusnya mungkin akan bergeser ke mempertahankan posisi tiga besar dan menyusun fondasi untuk musim depan.
Para analis menilai bahwa jika Márquez tak mengalami insiden besar atau kegagalan teknis, maka tidak ada pebalap yang mampu menyainginya di sisa musim ini. Ia terlalu kuat, terlalu cepat, dan terlalu konsisten.
Namun balapan tidak pernah bisa diprediksi seratus persen. Yang perlu ia lakukan hanyalah mempertahankan fokus, meningkatkan performanya, dan menanti kemungkinan di luar prediksi.
Yang jelas, posisi Ducati kini cukup dilematis. Mereka punya dua pebalap dengan gaya berbeda yang sama-sama punya potensi besar, tapi hanya satu yang berhasil memaksimalkan performa motornya.
Ini membuat pabrikan asal Italia itu harus segera menentukan arah pengembangan teknis yang lebih seimbang. Jika tidak, bisa jadi hubungan antara tim dan pebalap akan terganggu dalam jangka panjang.
Marc Márquez sudah membuktikan bahwa ia bukan hanya kembali ke performa terbaik, tapi juga menjadi ancaman serius dalam perebutan gelar dunia. Setelah dua musim sulit, kini ia menjadi kandidat utama juara dunia MotoGP 2025.
Pecco Bagnaia, di sisi lain, tengah menghadapi salah satu tantangan terbesar dalam kariernya. Ia dituntut untuk bangkit, bukan hanya secara teknis, tapi juga dari sisi mental.
Apa pun hasil akhirnya, musim 2025 memberikan pelajaran berharga bahwa kecepatan semata tidak menjamin kemenangan. Diperlukan ketangguhan, adaptasi, dan konsistensi untuk menjadi yang terbaik di kelas premier. (dda)