Penjualan mobil nasional turun, tapi merek China justru melesat di pasar otomotif Indonesia. Dominasi mereka di segmen EV mencapai 90 persen, didukung harga bersaing dan teknologi canggih.
UPDATEOTOMOTIF.COM - Industri otomotif Indonesia saat ini tengah mengalami fase transisi besar.
Penurunan angka penjualan mobil secara nasional menjadi sinyal jelas bahwa konsumen mulai bergeser, baik dari sisi preferensi maupun daya beli.
Di tengah lesunya performa pasar sepanjang 2024 dan awal 2025, satu hal yang mencuri perhatian adalah pesatnya pertumbuhan mobil asal China, terutama pada segmen kendaraan listrik (EV) yang kini mendominasi tren otomotif global dan nasional.
Data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) memperlihatkan bahwa selama tahun 2024, penjualan grosir mobil di Indonesia hanya mencapai 865.723 unit.
Jumlah ini mengalami penurunan signifikan sebesar 13,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan juga terjadi di sisi penjualan ritel langsung ke konsumen, yang tercatat turun sebesar 10,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kondisi ini berlanjut hingga kuartal pertama tahun 2025. Sepanjang Januari hingga Maret, total penjualan mobil nasional hanya menyentuh angka 205.160 unit.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 4,6 persen.
Penurunan tersebut mencerminkan masih lemahnya daya beli konsumen atau setidaknya adanya perubahan minat terhadap jenis kendaraan tertentu.
Merek otomotif China mendominasi pasar kendaraan listrik Indonesia sepanjang 2025.
Namun menariknya, di tengah tren penurunan ini, merek-merek mobil asal China justru mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Selama kuartal pertama 2025, saat pasar otomotif nasional turun sekitar 4,7 persen, mobil-mobil buatan China mencatat lonjakan penjualan sebesar 153 persen secara tahunan.
Pangsa pasar mereka pun meningkat drastis, dari hanya 3,8 persen pada 2024 menjadi 10 persen di tahun 2025.
Menurut Yannes Martinus Pasaribu, pengamat otomotif dari ITB, fenomena ini menunjukkan pergeseran besar dalam dinamika industri otomotif nasional.
“Pertumbuhan merek China ini jadi kontras yang tajam dengan kondisi pasar secara keseluruhan,” ujarnya kepada Xinhua.
Salah satu faktor terbesar yang mendorong lonjakan merek China adalah dominasi mereka di segmen kendaraan listrik.
Hingga saat ini, mereka telah berhasil menguasai sekitar 90 persen pasar EV di Indonesia.
Bandingkan dengan merek Korea yang hanya mampu mengamankan sekitar 6 persen pangsa pasar, serta Jepang dan Eropa yang masih tertinggal dalam kompetisi kendaraan listrik di Tanah Air.
Keberhasilan ini tidak terlepas dari strategi harga yang sangat kompetitif. Mobil listrik asal China dikenal hadir dengan banderol yang jauh lebih terjangkau dibandingkan merek dari Jepang atau Eropa.
Namun harga murah ini tidak berarti mengorbankan fitur. Sebaliknya, kendaraan-kendaraan listrik dari China justru tampil dengan teknologi canggih, desain futuristik, serta fitur lengkap yang bahkan melampaui ekspektasi konsumen lokal.
Mulai dari sistem hiburan berbasis kecerdasan buatan (AI-infused infotainment), sistem keamanan canggih, hingga garansi baterai jangka panjang menjadi nilai tambah yang ditawarkan oleh pabrikan China.
Yose Rizal, seorang pengguna Wuling Air EV Lite, mengaku memilih kendaraan listrik asal China karena pertimbangan harga dan fitur yang ditawarkan.
“Bentuknya keren, fitur lengkap, dan bengkel udah banyak. Saya nggak ragu pilih merek China untuk EV,” ujar Yose, ayah tiga anak yang kini beralih sepenuhnya ke kendaraan listrik untuk kebutuhan mobilitas hariannya.
Pengalaman Yose merefleksikan semakin banyaknya konsumen Indonesia yang mulai percaya dan nyaman menggunakan produk otomotif asal China.
Infrastruktur layanan purna jual yang semakin luas, serta ekosistem pengguna yang berkembang cepat turut menjadi faktor pendukung meningkatnya adopsi kendaraan listrik China di Indonesia.
Fenomena ini menandakan bahwa masa depan pasar otomotif Indonesia kemungkinan besar akan banyak dipengaruhi oleh pemain-pemain baru, terutama dari China.
Ketika merek tradisional masih berhati-hati melakukan transisi ke kendaraan listrik, merek China sudah menancapkan dominasinya dan mulai menjadi pemimpin pasar baru.
Dengan pertumbuhan yang sangat agresif, ditambah fokus pada pengembangan kendaraan listrik berteknologi tinggi, merek otomotif China berpotensi untuk terus memperluas pangsa pasar mereka di Indonesia.
Jika tren ini terus berlanjut, maka wajah industri otomotif nasional akan mengalami pergeseran signifikan dalam beberapa tahun ke depan, dengan kendaraan listrik sebagai penggerak utama transformasi ini. (vip)