Kekurangan Utama Nissan Grand Livina, MPV dengan Nuansa Sedan

Artikel mengenai pembahasan tentang beberapa ciri khas kekurangan yang ada pada mobil Nissan Grand Livina.
Nissan Grand Livina merupakan salah satu kendaraan yang cukup populer di Indonesia. MPV yang mampu menampung tujuh penumpang ini menjangkau berbagai segmen konsumen dengan beragam pilihan varian.
Dengan menawarkan kenyamanan mirip sedan, Nissan Grand Livina juga memiliki beberapa kelemahan khas yang perlu diperhatikan. Sebagai salah satu model favorit dari Nissan, Grand Livina mendapatkan respons positif dari masyarakat Indonesia.
MPV ini pertama kali diluncurkan dengan opsi mesin 1.5 dan 1.8 liter, tersedia dalam transmisi manual maupun otomatis. Generasi pertama hadir dengan kode bodi L10 menggunakan transmisi otomatis konvensional, diikuti dengan generasi kedua yang diluncurkan pada tahun 2013 dengan kode bodi L11.
Generasi kedua Grand Livina menawarkan pilihan transmisi CVT. Pengalaman berkendara yang dihadirkan lebih lincah dan responsif, sehingga mirip dengan sedan.
Ketika diperkenalkan, Nissan Grand Livina juga dianggap sebagai rival Toyota Avanza yang telah meraih kesuksesan besar di Indonesia. Meskipun harga Grand Livina saat itu lebih tinggi dibandingkan sejumlah mobil lain yang lebih laris, kendaraan ini tetap diminati oleh konsumen.
Banyak orang mengakui kenyamanan dan efisiensi bahan bakar Grand Livina, jika dibandingkan dengan MPV sekelasnya. Hal ini menjadikan Grand Livina memiliki basis penggemar setia karena kenyamanan yang diberikan mirip sedan.
Namun, mobil ini lebih mirip sebuah estate dengan jarak tanah yang lebih tinggi. Dalam hal perawatan, Grand Livina memang memerlukan perhatian ekstra dibandingkan MPV serupa dari merek lainnya.
Teknologi yang dimiliki kendaraan buatan Nissan ini lebih kompleks, dan pemasangan aksesoris kelistrikan harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat mengganggu fungsi perangkat lainnya.
Sebagai catatan, Nissan Grand Livina dilengkapi dengan sensor yang lebih rumit dan lebih banyak bila dibandingkan dengan mobil yang diproduksi oleh pabrikan Jepang lainnya.
Kekurangan Grand Livina

Grand Livina memerlukan perhatian ekstra dibandingkan MPV serupa dari merek lainnya.
Berikut adalah beberapa ciri khas kekurangan yang ada pada mobil Nissan Grand Livina.
1. Rentan terhadap Masalah Kelistrikan
Salah satu keluhan yang sering muncul dari pemilik model awal Grand Livina adalah masalah kelistrikan. Kendaraan ini memiliki sistem kelistrikan yang kompleks, sehingga pemasangan aksesoris tambahan seperti klakson atau foglamp dengan produk aftermarket menjadi cukup sulit.
Meskipun prosedur pemasangan diikuti dengan benar, masalah teknis lain sering kali tetap muncul. Keluhan ini telah banyak dibahas di forum otomotif yang khusus membahas Grand Livina.
2. Kabin yang Agak Berisik
Grand Livina hadir dengan desain yang lebih menyerupai estate atau station wagon walaupun dikategorikan sebagai MPV. Dari segi kenyamanan, Grand Livina lebih mirip sedan daripada MPV.
Namun, beberapa pengguna melaporkan bahwa kabin seringkali bising saat melalui jalan yang tidak rata. Asumsi awal adalah, dengan desain yang lebih rendah, jarak telinga penumpang ke roda menjadi lebih dekat.
Hal ini menyebabkan suara dari roda terdengar lebih keras dibandingkan dengan MPV lain yang memiliki desain bodi lebih tinggi. Kebisingan juga terdengar dari pintu sebelah kiri.
Menurut beberapa pemilik Grand Livina generasi awal di forum otomotif, pintu kiri kurang rapat saat ditutup. Akibatnya, pintu tersebut cenderung bergetar saat melintasi jalan yang bergelombang.
Jika Anda merasa bahwa pintu penumpang di sisi kiri sudah tertutup dengan baik, namun masih merasakan kebisingan di kabin, mungkin tambahan lapisan peredam di area tersebut diperlukan.
Hal ini juga merupakan solusi sederhana untuk menghilangkan sumber kebisingan yang muncul saat melintasi jalanan yang tidak rata.
3. Kemudahan Memutar Setir yang Berlebihan
Sebagai MPV yang memberikan nuansa sedan, Grand Livina tentu fokus pada kenyamanan dari berbagai aspek. Salah satu perhatian utama adalah pengendalian saat berkendara.
Dalam upaya untuk meningkatkan kenyamanan, sistem stir listrik yang digunakan pada Grand Livina dibuat agar putaran stir terasa sangat ringan dan responsif.
Di kecepatan rendah, kemampuan mengendalikan stir terasa relatif ringan, sementara di kecepatan tinggi, hanya sedikit lebih berat. Kondisi ini menyebabkan umpan balik dari roda kepada pengemudi terasa kurang kokoh saat kendaraan dipacu dengan cepat.
Mirip dengan produk Nissan lainnya, sifat feedback stir yang ringan ini tampaknya memang disengaja. Hal ini bertujuan agar pengemudi bisa melakukan manuver dengan presisi tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.
Namun, beberapa pengemudi merasa putaran stir yang terlalu ringan ini berpotensi berbahaya. Ada kekhawatiran bahwa ketika kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi, kebebasan mengemudi bisa berkurang akibat putaran stir yang masih relatif ringan.
Selain itu, beberapa orang merasa bahwa memutar stir pada Grand Livina kurang nyaman karena dianggap terlalu ‘sensitif’.
4. Masalah Pedal Kopling yang Tidak Kembali
Hal ini menjadi masalah umum bagi pemilik Grand Livina yang menggunakan transmisi manual. Kondisi pedal kopling yang ambles dapat terjadi pada kedua varian, 1.5 maupun 1.8.
Ciri-ciri kerusakan ini muncul ketika pedal kopling kadang tidak kembali setelah diinjak dan perlu digoyangkan agar bisa kembali ke posisi semula. Masalah ini disebabkan oleh kebocoran pada master kopling. MPV ini menggunakan sistem hidrolik untuk kopling.
Diduga terjadi kebocoran di jalur hidrolik yang mengakibatkan kurangnya oli sehingga tidak bisa memberikan tekanan kembali pada pedal. Di bengkel resmi, proses perbaikan untuk sistem ini melibatkan penggantian kopling hidrolik secara keseluruhan.
Di bengkel spesialis Nissan, perbaikan dapat dilakukan dengan mengganti master kopling bagian bawah yang mengalami kebocoran. Proses perbaikan memerlukan pengeluaran kopling dan kemudian penggantian master kopling yang rusak.
5. Memperlakukan Transmisi CVT dengan Baik
Transmisi Variabel Berkelanjutan, atau CVT, masih menjadi bahan perdebatan. Hal ini disebabkan oleh anggapan bahwa tipe transmisi ini tidak sekuat transmisi otomatis model torque converter.
Untuk itu, perawatan pada transmisi CVT di Grand Livina L11 memerlukan perhatian ekstra. Pasalnya, jika ada kerusakan pada CVT Nissan Grand Livina, biayanya dapat melebihi Rp50 juta.
Penting untuk mengganti oli transmisi CVT setiap 40 ribu kilometer. Frekuensi penggantian oli sebaiknya lebih cepat daripada yang direkomendasikan oleh pabrikan, mengingat transmisi ini bekerja cukup keras untuk menyalurkan tenaga mesin ke roda.
Agar umur transmisi CVT Nissan Grand Livina lebih panjang, hindari memindahkan tuas ke posisi P saat berhenti lama dengan mesin yang masih menyala. Saat berkendara, juga sebaiknya tidak terlalu mendadak dalam menginjak pedal gas agar sabuk baja di CVT tetap awet.
Itulah dia artikel mengenai pembahasan tentang beberapa ciri khas kekurangan yang ada pada mobil Nissan Grand Livina. (fah)