Jangan Asal Mengekor! Ini Maksud Sein Bus Saat Menyalip di Jalan Raya
Bagi kamu yang sering berkendara di jalan tol atau jalur lintas antar kota, pasti tidak asing melihat bus-bus besar yang melaju kencang dan gesit bermanuver di jalanan.
Salah satu hal yang kerap membuat bingung pengendara lain adalah ketika bus menyalakan lampu sein kanan atau kiri—bahkan di saat posisi dan arah jalannya tidak sepenuhnya menunjukkan niat untuk berbelok atau pindah jalur.
Nah, jangan asal mengekor tanpa tahu arti sebenarnya dari lampu sein tersebut. Sebab, kesalahan persepsi bisa berakibat fatal, apalagi saat berkendara dalam kecepatan tinggi.
Yuk, kita bahas lebih dalam arti sebenarnya dari lampu sein bus saat menyalip, dan kenapa kamu harus lebih waspada!
Pada dasarnya, lampu sein pada kendaraan berfungsi sebagai isyarat atau sinyal bahwa kendaraan akan berpindah jalur atau berbelok.
Namun dalam praktiknya, khususnya di dunia transportasi bus antarkota antarprovinsi (AKAP) atau bus malam, penggunaan lampu sein juga memiliki makna lain yang tidak tertulis dalam aturan lalu lintas formal.
Kebiasaan ini sudah menjadi semacam “kode komunikasi” antar pengemudi bus dan kendaraan lain di jalan.
Meski tidak tercantum dalam peraturan resmi, kode ini sudah lazim digunakan dan dimengerti oleh sesama sopir bus atau sopir kendaraan komersial.
Arti Lampu Sein Saat Menyalip
Ketika sebuah bus di depanmu tiba-tiba menyalakan sein kanan, ada beberapa kemungkinan makna tergantung pada konteks situasi jalan:
Jika bus sedang berada di lajur kiri atau tengah dan menyalakan sein kanan tanpa berpindah jalur, itu bisa menjadi sinyal bahwa jalur kanan tidak aman untuk menyalip.
Mungkin ada kendaraan dari arah berlawanan (di jalan dua arah) atau ada hambatan di jalur kanan.
Jika di depan bus ada kendaraan lebih lambat dan ia menyalakan sein kanan, itu bisa berarti si pengemudi bus akan menyalip kendaraan tersebut.
Dalam situasi ini, kamu di belakang harus lebih waspada dan memberi ruang jika kamu juga berada di jalur kanan.
Kadang sein kanan juga digunakan sebagai sinyal kepada bus lain di belakang agar tidak ikut menyalip duluan. Ini semacam komunikasi “tunggu giliran” untuk menghindari tabrakan beruntun atau blind spot antar kendaraan besar.
Nah, kalau bus menyalakan sein kiri saat berada di lajur kanan atau tengah, biasanya itu menandakan:
Ini adalah sinyal informal yang biasa digunakan oleh pengemudi bus untuk memberitahukan bahwa jalur kanan aman untuk menyalip.
Pengemudi bus merasa pandangan lebih luas dari posisi tinggi, sehingga memberi “izin” kepada kendaraan belakang untuk menyalip jika dirasa aman.
Jika bus sudah selesai menyalip dan hendak kembali ke jalur kiri, maka sein kiri akan menyala. Dalam situasi ini, pastikan kamu tidak sedang berada di samping kiri bus karena bisa jadi kamu berada di titik buta (blind spot).
Mengikuti bus yang sedang menyalip tanpa tahu makna dari lampu sein-nya adalah tindakan yang sangat berisiko.
Bus adalah kendaraan besar yang memiliki blind spot lebih luas dan jarak pengereman lebih panjang dibanding kendaraan pribadi. Beberapa risiko yang bisa terjadi jika kamu asal mengekor:
Jangan langsung percaya dan mengikuti isyarat sein dari bus. Lihat sendiri kondisi jalan di depan sebelum mengambil keputusan untuk menyalip.
Berikan ruang yang cukup antara kendaraanmu dan bus, terutama saat berada di jalur yang sama.
Perhatikan posisi dan kecepatan bus. Biasanya, pengemudi bus akan memberikan sinyal lebih awal saat hendak menyalip atau kembali ke jalur.
Jika kamu ragu dan ingin memastikan bahwa pengemudi bus sadar akan keberadaanmu, kamu bisa memberikan klakson pendek atau nyalakan lampu dim sebagai tanda.
Beberapa sopir bus kerap menyalip secara agresif. Jangan merasa harus mengikuti gaya mengemudi mereka. Prioritaskan keselamatanmu.
Penggunaan lampu sein pada bus saat menyalip memang sering jadi kode tersendiri yang dimengerti sesama pengemudi bus.
Namun, buat pengendara biasa, penting untuk memahami maknanya agar tidak asal ikut-ikutan yang bisa membahayakan diri sendiri.
Intinya, jangan asal mengekor hanya karena merasa bus tahu jalan atau sudah “biasa” lewat rute tersebut.
Selalu amati kondisi jalan dengan mata kepala sendiri, perhitungkan risiko, dan utamakan keselamatan dibanding kecepatan.
Lebih baik lambat asal selamat, daripada cepat tapi celaka. Setuju?(taa)