Aturan Baru MotoGP 2025: Start Salah, Pembalap Dihukum Dua Long Lap

Aturan baru motogp 2025

MotoGP kembali mengubah peraturannya demi menciptakan balapan yang makin adil dan kompetitif. Musim 2025 ini, Federasi Internasional Sepeda Motor (FIM) menerapkan hukuman baru yang langsung berdampak pada para pembalap sejak garis start.

Kesalahan start, yang dulu dikenai hukuman ride through atau tambahan waktu, kini digantikan dengan dua long lap. Perubahan ini dinilai lebih proporsional dan tak terlalu merusak peluang pembalap untuk tetap bersaing.

Peraturan ini mulai diterapkan sejak seri pertama musim 2025 dan langsung menuai reaksi beragam dari paddock. Beberapa pembalap merasa hukuman ini lebih manusiawi, sementara yang lain khawatir soal inkonsistensi penerapannya.

Namun satu hal yang pasti, aturan baru ini akan memberi dimensi berbeda pada fase awal balapan. Ketepatan start menjadi lebih krusial dari sebelumnya, dengan risiko yang jauh lebih tinggi jika terjadi kesalahan.

Alasan Munculnya Aturan Dua Long Lap

Penerapan dua long lap penalty sebagai hukuman untuk start yang salah bukanlah keputusan yang diambil dalam semalam. FIM dan Dorna melihat adanya kebutuhan untuk memberi sanksi yang tetap tegas tapi tidak menghancurkan balapan seorang pembalap.

Hukuman ride through yang selama ini diterapkan tergolong berat, karena bisa menyebabkan pembalap kehilangan banyak posisi. Dalam banyak kasus, pembalap tidak lagi bisa bersaing setelah menjalani hukuman ini.

Long lap merupakan penalti yang mengharuskan pembalap melintasi jalur khusus di lintasan, dengan konsekuensi kehilangan waktu sekitar 2 detik tiap putaran. Dengan dua long lap, pembalap kehilangan sekitar 4 detik, cukup signifikan tapi tidak mematikan peluang untuk bangkit.

Alasan lainnya adalah untuk memberi tontonan yang lebih seru bagi penonton. Hukuman yang masih memungkinkan pembalap bersaing akan menjaga tensi balapan tetap tinggi hingga akhir lap.

Tanggapan Pembalap dan Tim MotoGP

Motogp 2025

MotoGP 2025

Tanggapan pembalap soal aturan baru ini sangat beragam. Francesco Bagnaia menilai perubahan ini positif karena dianggap lebih adil dibandingkan hukuman ride through yang dinilainya terlalu memberatkan.

Sementara Marc Márquez menyebut bahwa dua long lap tetap merugikan secara signifikan dan bisa mengubah hasil balapan secara drastis. Ia berharap steward tetap konsisten dalam memberi penalti.

Dari sisi tim, Ducati dan Yamaha terlihat mendukung aturan ini karena membuat penalti lebih terukur dan mudah diantisipasi secara strategi. Honda justru lebih berhati-hati, mereka ingin kejelasan teknis soal parameter pelanggaran start.

Beberapa manajer tim juga mengusulkan agar ada sistem peringatan visual yang lebih jelas bagi pembalap jika mereka dinilai melakukan start tidak sah. Ini untuk menghindari penalti yang baru diberitahu setelah beberapa lap berlalu.

Risiko dan Peluang dalam Dua Long Lap Penalty

Risiko utama dari hukuman ini adalah pembalap bisa kehilangan momen di awal balapan. Menjalani dua long lap berpotensi membuat mereka terlempar dari rombongan depan dan terseret dalam persaingan di barisan tengah.

Namun bagi pembalap yang cepat dan konsisten, long lap justru bisa menjadi tantangan tambahan untuk menunjukkan kemampuan comeback. Penonton pun disuguhi drama balapan yang lebih menarik.

Masalah muncul jika penalti dijatuhkan secara kontroversial atau karena kesalahan teknis dalam sistem deteksi start. Hal ini berpotensi menciptakan keributan dan memicu protes dari tim.

Peluangnya, aturan ini bisa memacu pembalap untuk lebih fokus pada persiapan start dan latihan reaksi di pit. Selain itu, balapan tetap berjalan kompetitif tanpa harus mengorbankan pertunjukan demi hukuman.

Contoh Kasus: Jorge Martín di GP Qatar 2025

Salah satu contoh konkret datang dari Jorge Martín di GP Qatar 2025. Pembalap Pramac Ducati ini mendapat dua long lap karena dinilai bergerak sebelum lampu padam.

Meski sempat memimpin di awal lap, ia harus menjalani dua long lap dan turun ke posisi ke-9. Namun dalam sisa balapan, Martín berhasil naik kembali ke posisi 5 berkat pace yang stabil.

Kasus ini menunjukkan bahwa aturan baru tidak otomatis mematikan peluang pembalap. Jika mampu beradaptasi, mereka tetap bisa bersaing di papan atas.

Hasil tersebut juga membuktikan bahwa dua long lap adalah kompromi ideal antara penalti yang tegas dan balapan yang tetap kompetitif.

 

Aturan dua long lap penalty untuk start salah di MotoGP 2025 menandai langkah penting dalam reformasi balap. Ini bukan sekadar perubahan teknis, tapi penyesuaian yang mencerminkan semangat sportivitas dan tontonan yang adil.

Meski tidak semua pihak sepakat, mayoritas melihatnya sebagai langkah maju. Penalti yang tegas tapi tetap memberi kesempatan menunjukkan bahwa MotoGP berusaha menyeimbangkan antara aturan dan hiburan.

Bagi pembalap dan tim, aturan ini jadi tantangan baru yang memerlukan persiapan ekstra. Namun dengan pendekatan yang tepat, aturan ini justru bisa meningkatkan kualitas balapan secara keseluruhan.

MotoGP 2025 kini menuntut presisi dari detik pertama. Dan dari situlah, cerita hebat di lintasan mulai ditulis kembali. (dda)